Angin berhembus dengan kuat, dedaunan
di kota Maroko pun berhamburan saling perpapasan, bahkan ada juga melayang
sampai menutupi semut-semut yang merangkak dalam tanah. Kaki semut pun melaju
menuju lubang-lubang dalam tanah untuk menghangatkan suhu badannya.
Malam itu memang sangat dingin,
hampir semua orang di kota itu
mengasyikkan dirinya terlelap tidur. Tak
terkecuali Galih dan Ratna, sepasang suami istri yang baru saja bertemu setelah
setahun berpisah. Perpisahan mereka bukan karena perceraian akan tetapi karena
Galih pergi meninggalkan Ratna untuk mencari nafkah di negri Samurai untuk
Ratna.
“Kenapa kita hanya terlelap menikmati
suhu malam ini, Mas ?” kata Ratna sambil menyentuh mata yang paling ia sukai seraya membangunkan
Galih. Beberapa kali Ratna mencoba membangunkan Galih. Namun Galih tak juga
terbangun dari tidurnya. Karena usaha Ratna tak berhasil membangunkan Galih,
Ratna pun mencoba ikut menikmati suhu malam itu.
02.00 WIB. Ketika mata Galih mulai
sedikit terbuka untuk melihat Ratna yang ada di sebalahnya, Galih terkejut.
Ratna yang tadinya tidur seranjang dengannya, tiba-tiba tidak ada. Galih buka
lebar-lebar matanya, kemudian mengangkat kakinya turun dalam ranjang dan
melangkah berjalan untuk mencari Ratna. “ Ratna, dimana kamu dik?” kata Galih
dengan mengelilingi seisi rumahnya. Sebuah vas bunga di sebelah pintu masuk
rumahnya tiba-tiba jatuh menjadi kepingan-kepingan kaca. Kaki Galih pun
melangkah menuju tempat tersebut, penasaran kenapa vas bunga itu bisa jatuh
dengan sendirinya tanpa sebab. Dilihatnya benda-benda di sekitar, sesaat foto
pernikahan juga jatuh. Jam dinding, lukisan, kalender dan lampu ruang itu pun
menyusul membantingkan diri ke lantai.
“Apa yang sebenarnya terjadi”, gumam
Galih dalam hatinya serta merasakan kekhawatiran kepada Ratna sang istri. Namun
Galih mencoba tetap tenang dan terus mencari Ratna di ruang-ruang rumah yang
belum ia datangi. Di dekat dapur ia menemukan beberapa tetesan darah, kemudian
dengan perlahan ia mengikuti tetasan darah itu. Namun sayangnya tetesan darah
itu hanya berhenti sampai depan pintu kamar mandi saja.
Suara keributan juga Galih dengar
dari balik pintu kamar mandi itu. Kemudian di bukanya pintu kamar mandi oleh
Galih dengan hati-hati. “ Ratna, Lina ?” kata Galih terkejut melihat Ratna yang
dengan gemetar memegang pisau dapur dan pistol di sebelah Lina, sebagai wanita
selingkuhannya sudah berlumuran darah dalam bajunya yang mengalir dari sisi
kiri perutnya.
“Aku tidak bersalah Mas”, kata Ratna
sambil membuang pisau dapur itu. Galih hanya membalikkan badan dan melangkah
untuk mengambil telepon. “Apa yang akan kamu lakukan untukku Mas ?” kata Ratna
dengan membututi setiap langkah di belakang Galih. “Mas ingin melaporkan aku
kepada polisi ? Mas lebih membela wanita jalang itu daripada aku ?” tambah
Ratna. Galih tak memperhatikan ucapan Ratna sama sekali. “Mas Lina yang merusak
rumah tangga kita bukan ?, Lina juga yang merusak perabotan rumah kita dan
mencoba membunuhku hanya untuk bisa memilikimu Mas. Jelas Ratna kepada Galih
berharap ia tak melaporkannya pada polisi. “Asal kamu tau saja Ratna, justru
kamulah yang merusak rumah tanggaku dengan Lina”. Kemudian Ratna lari ke kamar
mandi untuk mengambil pisau dapur yang ia gunakan untuk menusuk perut Lina tadi
dan dengan tergesa-tesa ia juga menusukkan pisau dapur itu tepat di jantung
Galih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar