Kamis, 25 April 2013

PENGERTIAN DAN UNSUR-UNSUR DAKWAH



PENGERTIAN DAN UNSUR-UNSUR DAKWAH

Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Filsafat Dakwah
Dosen Pengampu : Hatta Abdul Malik




Disusun Oleh :
Nurul Kholisoh        111211055





FAKULTAS DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2013

I.            PENDAHULUAN
Dakwah yang berarti menyerukan dan menyampaikan ajran Allah kepada setiap ummat manusia, usianya adalah usia setua manusia itu sendiri.
Dalam perjalanannya sejak dahulu hingga kini, dakwah telah meninggalkan bekas-bekas dan peristiwa-peristiwa yang dapat diketahui dengan mengamati, mempelajari dan memperkembangkan sejarah perkembangan agama. Tetapi karena agama itu dalam berbagai aspek ajarannya menyangkut pula tentang peri kehidupan manusia dalam hubungannya alam dunia ini, maka tentu saja peristiwa dakwah itu erat hubungannya dengan sejarah kehidupan manusia.
Dakwah dalam praktiknya merupakan kegiatan yang sudah cukup tua, yaitu sejak adanya tugas dan fungsi yang harus di emban oleh manusia di belantara kehidupan dunia ini. Oleh sebab itu, eksistensi dakwah tidak dapat dipungkiri oleh siapa pun, karena kegiatan dakwah sebagai proses penyelamatan umat manusia dari berbagai persoalan yang merugikan kehidupannya, merupakan bagian dari tugas dan fungsi manusia  yang sudah direncanakan sejak awal penciptaan manusia sebagai khalifah fi al-ardh.
 
II.            RUMUSAN MASALAH
A.    Apa pengertian dakwah ?
B.     Apa saja unsur-unsur dakwah ?

III.            PEMBAHASAN
A.    Pengertian dakwah.
            Secara etimologis, kata dakwah merupakan bentuk masdar dari kata yad’u (fiil mudhar’i) dan da’a (fiil madhi) yang artinya adalah memanggil (to call), mengundang (to invite), mengajak (to summer), menyeru (to prpo), mendorong (to urge) dan memohon (to pray). Selain kata “dakwah”, al Qur’an juga menyebutkan kata yang hampir sama dengan “dakwah”, yakni kata “tabligh” yang berarti penyampaian, dan “bayan” yang berarti penjelasan. Kata dakwah disebutkan dalam al Qur’an dengan berbagai bentuk , seperti fiil madhi (da’a), fiil mudhar’i (yad’u), fiil ‘amar (ud’u), mashdar (da’watan) dan sebagainya sebanyak 203 kali, sedangkan kata “tabligh” sebanyak 64 kali, dan “bayan” sebanyak 131 kali.[1]

Sedangkan ditinjau dari segi terminologi, banyak sekali perbedaan pendapat tentang definisi dakwah di kalangan para ahli, antara lain:

1.      Drs. Shalahuddin Sanusi
“dakwah itu adalah usaha mengubah keadaan yang negatif menjadi keadaan yang positif, memperjuangkan yang makmur atas yang mungkar, memenangkan yang hak atas yang batal”.
2.      Syeikh Ali Mahfudz
“mendorong manusia agar memperbuat kebaikan dan menurut petunjuk, memerintah mereka memperbuat kebajikan dan melarang mereka dari perbuatan yang mungkar, agar mereka mendapat kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
3.      H.A Timur Djailani M.A
“Dakwah ialah menyeru kepada manusiaberbuat baik dan menjauhi yang buruksebagai pangkal tolak kekuatan mengubah masyarakat dari keadaan yang kurang baik kepada keadaan yang lebih baik. Sehinggga merupakn suatu pembinaan.

Dengan demikian, maka dakwah adalah suatu kegiatan untuk  membina manusia agar mentaati ajaran islam, guna memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Dan berdakwah merupakan perjuangan hidup uuntuk menegakkan dan menjunjung undang-undang ilahi dalam seluruh aspek kehidupan manusia dan masyarakat, sehingga ajaran islam menjadi sibghah (celupan) yang mendasari, menjiwai dan mewarnai seluruh sikap dan tingkah laku manusia dalam kehidupan dan pergaulan hidupnya.[2]

B.     Unsur-unsur dakwah.
Yang dimaksud dengan unsur-unsur dakwah adalah komponen-komponen yang selalu ada dalam setiap kegiatan dakwah. Unsur-unsur tersebut adalah da’i (pelaku dakwah), mad’u (mitra dakwah), maddah (materi dakwah), wasilah (media dakwah), thariqah (metode), dan atsar (efek dakwah).

1.      Da’i (pelaku dakwah)
Yang dimaksud da’i adalah orang yang melaksanakan dakwah baik lisan maupun tulisan ataupun perbuatan yang baik secara individu, kelompok atau berbentuk organisasi atau lembaga.
            Kata da’i ini secara umum sering disebut dengan mubaligh (orang yang menyempurnakan ajaran islam) namun sebenarnya sebutan ini konotasinya sangat sempit karena masyarakat umum cenderung mengartikan sebagai orang yang menyampaikan ajaran islam melalui lisan seperti penceramah agama, khatib (orang yang berkhutbah), dan sebagainya.
            Da’i juga harus tahu apa yang disajikan dakwah tentang Allah, alam semesta, dan kehidupan, serta apa yang dihadirkan dakwah untuk memberikan solusi, terhadap prablema yang dihadapi manusia, juga metode-metode yang dihadirkannya untuk menjadikan agar pemikiran dan prilaku manusia tidak salah dan tidak melenceng.

2.      Mad’u (mitra dakwah atau penerima dakwah)
Unsur dakwah yang kedua adalah mad’u, yaitu manusia yang menjadi sasaran dakwah atau manusia penerima dakwah, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok, baik manusia yang beragama islam maupun tidak, atau dengan kata lain manusia secara keseluruhan. Sesuai dengan firman Allah QS. Saba’ 28:


“Dan kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada yang mengetahui”. (QS. Saba’: 28)  

3.      Maddah (materi dakwah)
Unsur lain selalu ada dalam proses dakwah maddah atau materi dakwah. Ajaran islam yang dijadikan maddah dakwah itu pada garis besarnya dapat di kelompokkan sebagai berikut:
1)      Akidah, yang meliputi:
a.       Iman kepada Allah
b.      Iman kepada Malaikat-Nya
c.       Iman kepada kitab-kitab-Nya
d.      Iman kepada rasul-rasul-Nya
e.       Iman kepada hari akhir
f.       Iman kepada qadha-qadhar
2)      Syari’ah, meliputi :
a.       Ibadah (dalam arti khas)
b.      Muamallah
3)      Akhlaq, meliputi :
a.       Akhlaq terhadap khaliq
b.      Akhlaq terhadap makhluk

Alie yafie menyebutkan lima pokok materi dakwah, yaitu :
1)      Masalah kehidupan
2)      Masalah manusia
3)      Masalah harta benda
4)      Masalah ilmu pengetahuan
5)      Masalah akidah

4.      Wasilah (media dakwah)
Unsur dakwah yang ke empat adalah wasilah (media dakwah), yaitu alat yang dipergunakan untuk menyampaikan materi dakwah (ajaran islam) kepada mad’u.
            Pada dasarnya dakwah dapat menggunakan berbagai wasilah yang dapat merangsang indera-indera manusia serta dapat menimbulkan perhatian untuk menerima dakwah. Semakin tepat dan efektif wasilah yang dipakai semakin efektif pula upaya pemahaman ajaran islam pada masyarakat yang menjadi sasaran dakwah.
            Media (terutama media massa)  telah meningkatkan intensitas, kecepatan dan jangkauan komunikasi dilakukan umat manusia begitu luas sebelum adanya media massa seperti pers, radio, televisi, internet dan sebagainya. Bahkan dapat dikatakan alat-alat tersebut telah melekat tak terpisahkan dengan kehidupan manusia di abad ini.[3]

5.      Thariqah (metode)
Metode dakwah, adalah jalan atau cara yang dipakai juru dakwah untuk menyampaikan ajaran materi dakwah (Islam). Sebagaimana yang tertulis dalam al-Qur’an surat an-Nahl ayat 125:




Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”[4]

1)      Bi al hikmah ( kebijaksanaan), yaitu cara-cara penyampaian pesan-pesan dakwah yang sesuai dengan keadaan penerima dakwah.36 Operasionalisasi metode dakwah bil hikmah dalam penyelenggaraan dakwah dapat berbentuk: ceramah-ceramah pengajian, pemberian santunan kepada anak yatim atau korban bencana alam, pemberian modal, pembangunan tempat-tempat ibadah dan lain sebagainya.[5]

2)      Mau’idzah hasanah, yaitu nasehat yang baik, berupa petunjuk ke arah kebaikan dengan bahasa yang baik yang dapat mengubah hati agar nasehat tersebut dapat diterima, berkenaan di hati, enak didengar, menyentuh perasaan, lurus dipikran, menghindari sikap kasar dan tidak boleh mencaci/ menyebut kesalahan audience sehingga pihak objek dakwah dengan rela hati dan atas kesadarannya dapat mengikuti ajaran yang disampaikan oleh pihak subjek dakwah bukan propaganda yang memaksakan kehendak kepada orang lain.
 
3)      Mujadalah atau diskusi apabila dua metode di atas tidak mampu diterapkan, dikarenakan objek dakwah mempunyai tingkat kekritisan tinggi seperti seperti, ahli kitab, orientalis, filosof dan lain sebagainya. Sayyid Qutb menyatakan bahwa dalam menerapkan metode ini perlu diterapkan hak-hak sebagai berikut:
a.       Tidak merendahkan pihak lawan atau menjelek-jelekan, mencaci, karena tujuan diskusi untuk mencapai sebuah kebenaran.
b.      Tujuan diskusi semata-mata untuk mencapai kebenaran sesuai dengan ajaran Allah.
c.       Tetap menghormati pihak lawan sebab setiap jiwa manusia mempunyai harga diri.[6]



IV.            KESIMPULAN
Dakwah adalah kegiatan untuk  membina manusia agar mentaati ajaran islam, guna memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
Yang dimaksud dengan unsur-unsur dakwah adalah komponen-komponen yang selalu ada dalam setiap kegiatan dakwah. Unsur-unsur tersebut adalah da’i (pelaku dakwah), mad’u (mitra dakwah), maddah (materi dakwah), wasilah (media dakwah), thariqah (metode), dan atsar (efek dakwah).

V.            PENUTUP
Demikian makalah ini yang dapat penulis sampaikan. Semoga apa yang telah penulis tulis dan sampaikan bermanfaat, tentunya tulisan yang penulis buat masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, apabila ada kesalahan dalam penulisan ataupun penyajiannya penulis mohon maaf. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun demi melanjutkan makalah kami selanjutnya. Terimakasih.
















DAFTAR PUSTAKA

Dr.H.Awaludin Primay, Lc., M.Ag. Metodologi Dakwah. 2006. Rasail (Ranah ilmu-ilmu sosial agama dan interdisipliner). Semarang.

Drs. Rachmat Imampuro . Ilmu Dakwah. 1982. Badan Penerbitan Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang: Semarang



Moh. Ali Aziz. Ilmu dakwah. 2004. Prenada media: Jakarta.



[1] Dr.H.Awaludin Primay, Lc., M.Ag. Metodologi Dakwah. 2006. Rasail (Ranah ilmu-ilmu sosial agama dan interdisipliner). Semarang. Hal 2.
[2] Drs. Rachmat Imampuro . Ilmu Dakwah. 1982. Badan Penerbitan Fakultas Dakwah IAIN

Walisongo Semarang: Semarang . hal 3.
[3] Moh. Abdul Aziz. Ilmu dakwah. 2004. Prenada Media: Jakarta. Hal.75-120
[4] Ibid.hal.123
[6] Ibid.hal.38

Kamis, 18 April 2013

NOVEL


Apa salahku ayah?
Jalanan penuh genangan air yang masih mengalir deras dari tempat yang tinggi menuju ke tempat yang rendah. Suara tetesan beberapa air dari langit seperti sedang berlomba-lomba turun ke bumi terdengar nyaring di atas genting rumah Uru. Angin berhembus kencang tak hanya menjatuhkan daun-daun yang sudah berwarna coklat, tapi juga menyapu sampah-sampah organik di jalanan. Melayang-layang tak tentu arah hingga masuk ke dalam rumah Uru melewati ruang jendela kamarnya yang masih terbuka.
                Jauh di seberang jalan. Di balik jendela Uru melihat seseorang yang memakai kaos blong pendek berwarna hitam dan celana jins yang mungkin sengaja di robek bagian lututnya membiarkan dirinya terguyur oleh derasnya air hujan. Uru juga menatap teliti pada orang itu, ia melihat gambar manusia yang memegang tongkat besar yang ujungnya lancip bercabang tiga berada di lengan kirinya. Tak ada orang lain di jalan. Hanya ada orang itu bersama sepeda ontelnya yang tidak dinaiki. Entah karena ban sepeda ontelnya bocor atau memang sengaja tak di naiki Uru pun tak tau.
            “Ah, aku tak peduli dengan itu”. gumam Uru dalam hati. Ia segera menutup jendela kaca dan korden serta mematikan lampu kamarnya untuk tidur.
***
            Di tengah banyak orang yang serabutan tawar menawar. Memikul barang. Serta suara angkutan bis dan para tukang becak yang hendak menjadi tumpangan barang-barang maupun orang yang telah membeli barang itu sendiri Uru menjadi kebingungan dalam mencari-cari bahan yang akan di masak dan perlengkapan barang di rumah.
            Dari lantai lantai dasar, Uru melihat ke atas. Di lantai lima ada pemuda yang hendak mencoba melakukan bunuh diri dengan terjun ke bawah dari lantai gedung pasar lantai lima. Terlihat ia sudah siap meninggalkan urusan dunia dan ingin mendatangi dunia selanjutnya. Uru memeberi tau kepada orang-orang di sekitarnya yang bertujuan akan ada yang mencegahnya dan menolongnya dari tindakan bodoh pemuda itu.
Namun seorang lelaki berbadan kurus dan terlihat cungkring telah terlebih dahulu berada di belakangnya menarik kaos lengan kanannya hingga terlihat gambar manusia bersayap. Dan tak jadi ia terjatuh dari lantai lima ke bawah. Hanya terbanting saja badannya di lantai dekat orang cungkring yang telah menariknya untuk mencegah melakukan tindakan bodoh. Orang-orang yang melihatnya pun merasa lega karena pemuda yang di lihat hendak bunuh diri bisa terselamatkan.
***
Perlahan anak tangga satu per satu dilewati Uru. Sampai di lantai lima ia mmelihat pemuda yang hendak bunuh diri tadi sedang marah kepada orang yang telah menolongnya. Ia memukul orang cukring itu. tak terima karena telah menggagalkan rencananya untuk mendatangi dunia selanjutnya.
            “Lain kali urus saja urusanmu. Tak usah kau campuri urusan orang lain”. Katanya sambil menendang kaleng yang berserakan di sekitar lokasi.
            “Nak, kau itu masih muda. Masih banyak hal yang bisa kau lakukan. Terutama dalam kebaikan. Jika memang kau ingin datang pada kehidupan dunia setelah ini dengan harapan kau bisa lebih senang. Laluilah waktu dengan sebaik mungkin. Dan tunggulah kesenangan itu datang menghapirimu sendiri setelah kau lalui waktumu dengan sebaik mungkin di dunia ini terdahulu”. Jawab orang cukring itu.
            “Siapa kau, beraninya menasehatiku seperti itu. Malaikat atau setan kau ini?”. Sahutnya sambil memperlihatkan gambar malaikat di lengan kanannya dan setan di lengan kirinya.
            “Istigfar nak. Aku memang bukan malaikat ataupun setan yang kau maksud itu. aku hanya manusia yang mencoba mengingatkan saja kepadamu. Namun kau bisa menilai sendiri ucapanku tadi”. Jawabnya kembali orang cungkring dan pergi meninggalkan lokasi.
            Orang yang hendak bunuh diri tadi terdiam dan merenung sesaat, kemudian berjalan melalui anak tangga menuju ke bawah. Uru segera bersembunyi takut terlihat oleh pemuda itu kalau-kalau akan dimarahi karena telah menguping pembicaraannya dengan orang cungkring yang menolongnya.
***
            Dengan cepat pemuda itu melangkahkan kakinya. Menelusuri jalanan yang ramai dan orang-orang yang sibuk dengan aktivas mereka masing-masing. Beberapa toko di pinggriran jalan juga ia lewati tanpa menengok kanan kiri. Seperti sudah hafal dengan jalanan di sekitar situ. Begitu juga dengan banyaknya pedagang kaki lima di sepanjang jalan. Tak sedikitpun yang dihiraukan oleh pemuda itu. ia terus berjalan hingga menuju sebuah rumah yang keberadannya kira-kira berada dengan jarak 3 kilo meter dari pasar. Karena penasaran, Uru tak jadi berbelanja membeli bahan masakan dan perlengkapan barang untuk di rumah. Malah mengikuti pemuda itu sampai di halaman depan rumahnya. 
            Tak begitu jelek rumah pemuda itu. Luas halamanan rumahnya dan memiliki dua lantai. Terlihat seperti orang kaya. “Apa yang jadi masalah dari kehdupan pemuda tadi, sepertinya ia orang kaya. Kenapa ia pengen bunuh diri?”. Kata uru sendiri sampil mengintip dari pagar samping pembatas rumah pemuda itu.
            “Dari mana saja kau anak bodoh. Cepat kasih makan burungku di depan. Awas kalau tidak”. Suara lelaki tua yang terdengar di telinga uru. Uru segera mendekat ke pagar dan mencari celah atau tempat yang lebih bisa untuk melihat kejadian yang terjadi di rumah pemuda itu. Dengan mendorong-dorong pagar dan mengamati pagar di bagian manakah yang menjadi pintu, akhirnya ditemukan juga oleh uru, ia segera memasuki halaman rumah dan mengintip hingga bagian rambut sampai matanya saja dapat melihat kejadian di dalam rumah pemuda itu di jendela kaca bagian kiri rumahnya.
            “Masakan apa ini?”. Kata lelaki tua pada ibu tua dengan keras sambil menyemburkan nasi dan lauknya yang telah sampai dalam mulutnya setelah dikunyah dan di semprotkan kepada ibu tua.
Pemuda itu datang menghampiri lelaki tua, ia memeluk ibu tua dan membersihkan semprotan nasi dan lauk melalui mulut lelaki tua dan berkata: “Ayah kejam, tak seperti malaikat, manusia pun tidak. Pantasnya ayah seperti setan”.
“Kurang ajar. Sudah mulai berani kau anak bodoh denganku. Akan ku sembelih kau jika sekali lagi yang berani melawanku”. Kata lelaki tua lagi.
Kemudian lelaki tua itu meludah di samping ibu tua dan mendorongnya hingga terjatuh di atas lantai sambil memberikan saran agar anaknya disuruh bersikap patuh terhadapnya. Ibu tua tak mengeluarkan sedikitpun perkataan. Ia hanya sedikit mengeluarkan air mata yang belum melewati mukanya sudah di usap dulu.
Ketika lelaki tua itu sudah keluar dari rumah, ibunya baru berani mulai berdoa untuk lelaki tua itu. Namun pemuda itu sepertinya tak rela kalau ibu tua mendoakan lelaki tua untuk kebaikannya. Pemuda itu meninggalkan ibu tua sendiri di ruang tempat makan lelaki tua tadi.
***
  Uru berfikir kalau apa yang ia lihat antara pemuda yang hendak bunuh diri, ibu tua yang yang diperlakukan dengan kasar dan lelaki tua yang kejam adalah sebuah keluarga. Ya keluarga. Keluarga pemuda yang ia liahat hendak bunuh diri dan ikuti sejak dari pasar hingga sampai di rumahnya.
Suatu malam, tepat di malam jumat setelah uru bermain bersama teman-temanya di masjid dekat jalan raya yang lumayan jauh dari rumahnya ia melihat seorang wanita yang masih muda memakai rok mini berwarna merah dengan bajunya you can see lengkap dengan sepatu higernya turun dari mobil avansa putih yang sebelumnya di bukakan pintu oleh seorang lelaki tua. Uru berhenti sejenak dan melihatnya. Ia tak asing lagi dengan lelaki yang membukakan pintu mobil untuk wanitanya.
Wanita muda itu mengambil tangan lelaki itu untuk di gandengnya dan mengajaknya masuk ke dalam indomaret tepat di depan mobilnya berhenti. Sesaat mereka keluar dari indomaret dan kembali masuk ke mobil dan pergi. Uru yang saat itu membawa motor metic segera membututi di belakang mobil avansa itu. Uru sudah ingat kalau lelaki yang bersama wanita muda itu sepertinya adalah ayah pemuda yang hendak bunuh diri tempo hari.
***
            Setelah sekitar lima belas menit uru mengikuti di belakang mobil avansa, akhirnya mobil itu un berhenti di sebuah rumah yang jauh lebih mewah di bandingkan dengan rumah yang di tempati lelaki tua itu saat bersama pemuda yang hendak bunuh diri dan ibu tua yang dikejami.
            Wanita muda dan lelaki itu memasuki rumahnya. Dan lagi uru memata-matai gerak-gerik mereka. Kali ini tak hanya mengintip di luar rumah bahkan berani menyusup masuk ke dalam rumah mewah yang di masuki wanita muda dan lelaki itu. Tak ada suara yang keras yang di ucapkan oleh lelaki itu kepada wanita mudanya. Ia bersikap ramah. Dan bahkan memanjakan wanita muda itu. Mereka makan dengan ala kadarnya yang ada di rumah. Tanpa ada komentar masakan tak enak dari lelaki itu.
            Lelaki itu kemudian mengajak wanita mudanya untuk segera memasuki kamar tempat tidur mereka. Seperti terlihat sedang tak dapat menahan nafsu birahinya lagi. Dan wanita muda itupun menuruti apa yang lelaki itu inginkan. Dan mereka memasuki kamarnya. Hanya suara canda gurau dalam kamar saja yang bisa uru dengarkan dari sebelah kamar yang mereka masuki. Tak berani uru mengintip dengan lebih jelasnya. Ia hanya mendengarkan saja di kamar sebalahnya dengan tujuan menunggu mereka membicarakan seseuatu yang lebih pening daripada gurauannya dengan wanita mudanya.
            “Aku ingin setiap hari kau ada disini Santoso”. kata wanita muda yang di dengar oleh uru.
            “Iya Ratna. Akupun juga demikian. Tapi kau tau sendiri kan aku masih memiliki keluarga di rumah”. Jawab lelaki itu
            “Tapi aku ini juga istrimu Santoso”. Kata wanita muda itu lagi
            “Aku tau itu. Tapi harus bisa bersabar dulu. Aku begini juga karena kamu. Biarkan aku bekerja lebih keras dulu. Nanti setelah ku punya banyak uang. Kita bisa hidup sendiri lebih dari ini. Kau mengerti kan maksudku ratna”. Ucap lelaki itu dengan meyakinkan.
***
            Di rasa cukup mendengar pembicaraan mereka. Uru pun perlahan mengendap-endap keluar dari rumah mereka. Ia sedikit paham dengan masalah yang di hadapi oleh pemuda yang hendak bunuh diri tempo hari.
            Dua hari setelah kejadian itu. Ketika uru sedang malam mingguan bersama teman-teman kompleknya di taman kota dekat tempat para hidung belang membeli jajanan. Lagi uru melihat lelaki itu, ayah pemuda yang hendak bunuh diri, santoso ternyata namanya yang menjadi hasil diketahui namanya dari pengupingan du hari lalu di rumah mewah wanita muda ratna itu.
            Santosa rupanya sedang tawar menawar jajanannya dengan si empunya yang punya tempat jajanan di situ. Terlihat seperti mudah saja mendapatkan jajanannya, juga terlihat sudah akrab sekali dengan si empunya yang punya tempat jajanan. Setelah berhasil menawar. Dengan gesit ia memasukkan jajanannya ke dalam mobil. Tak pergi kemana-mana mobil itu. Tak juga dinyalakan lampunya. hanya terlihat tak tenang dan bergoyang ke kanan dan ke kiri badan mobilnya sedangkan ia tak dijalankan.
            Rasa penasaran uru tak juga terpuaskan dengan sekedar melihat yang terjadi tanpa mengetahui seseuatu di balik kejadian itu. ia mencoba mendatangi si empunya yang punya jajannan dan bertanya: “Apa Santoso sering kesini?”
“Kau siapa? Ada urusan apa kau tanya seperti ini?” jawab si empunya yang punya jajanan. Uru sedikit ketakutan saat ditanya balik si empunya yang punya jajanan dengan tegas. Namun rasa penasaran uru melenyapkan ketakutannya. Ia berpura-pura menjadi salah satu bagian dari jajananya dan menginginkan santoso.
“Santoso sudah menjadi pelanggang disini setiap malam minggunya. Kau duduklah disana dulu nanti akan ku berikan dia untukmu setelah ia selesai dengan resa (salah satu jajanannya)”. Ucap si empunya yang punya jajanannya. Namun setelah uru tau bahwa santoso adalah pelanggang di tempat itu, ia langsung pergi meninggalkan lokasi. 
***
            Keesokan harinya. di saat uru sedang belanja di pasar. Tak sengaja ia menabrak pemuda yang hendak bunuh diri beberapa tempo hari dengan motor meticnya. Tidak begitu parah lukanya, hanya lecet di beberapa bagian kakinya. Dengan memohon uru meminta maaf atas kurang hati-hatinya dalam mengendarai sepeda motornya sampai mengakibatkan menabrak pemuda itu yang saat itu sedang jalan kaki di sebelah kanan jalan dengan benar berdasarkan lalu lintas.
            “Perkenalkan namaku Tara. Apa kita pernah bertemu sebelumnya?”. Ucapan tara pertama kali yang di keluarkan saat bertemu uru langsung tanpa ada persembunyian dan penyelinapan. Uru tak menyangka kalau tara mau mengajak berkenalan dengan uru. Dengan senang hati, uru memberikan tangan kanannya untuk bersalaman dengan tara sebagai pertanda bahwa ia mau berkenalan dengan tara.
            “Terima kasih kau telah memaafkanku atas perlakuanku yang menabrakmu tadi”. Kata uru.
            “Sebagai tanpa perkenalan kita yang baru ini, aku mengajakmu mampir ke rumahku untuk makan siang. Ibuku pasti akan senang kalau aku mendapat teman baru. Kau mau kan?” katanya tara lagi.
            “Dengan senang hati. Kebetulan juga aku belum makan siang. Hehe.” Jawab uru kembali.
***
            Masih sama seperti ketika uru sedang mengintip di pagar sebelah rumah tara dulu. hanya saja ketika itu uru melihat sedangkan kali ini bisa merasakan kebedaannya di dalam rumah itu sendiri. Sebelum makan siang bersama tara memperkenalkan uru kepada ibunya.
“Bu, ini uru teman baruku. Kita bertemu tadi di pinggir jalan.” Kata tara pada ibunya.
            Ibu tara tersenyum lebar pertanda menerima uru sebagai teman baru tara. Kemudian ibu tara mempersilahkan uru dan tara untuk makan bersama. Dalam meja makan mereka saling bercerita tentang beberapa pengalaman hidupnya sambil bercanda gurau. Ibu tara merasa sangat senang dengan keberadaan uru yang datang saat itu. Ia merasa seperti merasa menemukan kebahagian yang baru setelah suaminya santoso berlaku kejam dengannya.
            Di tengah canda gurau antara uru, tara dan ibu tara. Tiba-tiba ada suara ketukan pintu depan hingga beberapa kali. Tara tak ingin ibunya yang membukakan pintu, sehingga ia berdiri lebih dulu dan berjalan menuju pintu depan dan membukakannya.
            Bau badannya sangat tak sedap, bau minuman keras. Rambutnya seperti tak disisir berbulan-bulan, kemeja hitamnya tak di pakai di badannya, hanya di cangking di tangannya. Sedangkan ia hanya memakai kaos oblong berwarna putih.
            “Hei anak bodoh, mana makanan untukku. Aku sudah lapar dan ingin makan sekarang.” Katanya sambil berjalan dengan terombang-ambing ke kanan dan ke kiri. Tara sudah mulai berani dengan sikap ayahnya. Ia tak hiraukan apa yang dikatakan ayahnya dan kembali duduk di kursi makan bersama uru dan ibunya. Karena santoso tak terima dengan perlakuan tara. Ia mendekat ke tempat tara duduk dan membuang beberapa makanan yang ada di meja.  
            “Siapa kau? Pergi dari rumahku sekarang juga.” Kata santosa sembari mengangkat tangannya dan menunjuk pada uru. Uru merasa memang sudah saatnya ia harus pergi dari rrumah tara. Ia tak mau tara dan ibunya semakin di kejami ayahnya karena keberadaanya di rumah mereka.
***
            Tara muak dengan perlakuan ayahnya yang kejam sejak ia lahir. Dalam keadaan yang mungkin kurang tepat saat itu, tara memberanikan diri untuk bertanya kepada ayahnya.
“Sebenarnya apa yang menjadi masalah ayah dengan aku dan ibu?” kata tara.
“Anak bodoh, jadi kau benar ingin tau apa masalahnya kenapa aku bersikap kejam kepada kalian?” jawab santoso. “Karena kau telah dilahirkan di dunia ini oleh ibumu.” Tambahnya.
            Ibu tara shock dengan pernyataan yang dikeluarkan oleh suaminya. Ia hanya bisa menangis saat mendengarnya. Tak menyangka sikap kejamnya selama ini hanya karena putra semata wayangnya tara. Semakin penasaran mengenai hal lain yang di sembunyikan suaminya. Ibu tara pun langsung menimpali pembicaraan di antara mereka: “Apa salahnya aku melahirkan putraku tara?”
            “Jadi kau benar-benar sudah siap untuk mengerti semua ini?” jawab santoso.
            “Aku tak suka anakmu lahir di dunia ini, karena ia pasti akan merebut harta warisan yang kau punya yang seharusnya nanti hanya bisa kau bagi untukku. Tapi apa? kau lahirkan anakmu dan membagi harta warisan kepadanya. Dan aku tak suka dengan itu.” jelas santoso lagi.
            Sesaat suasana kehing. Ibu tara tak menyangka kalau ternyata santoso dulu ketika menikahinya hanya karena modus untuk merauk hartanya saja. Ia tak menyadarinya sama sekali. Bertahun-tahun mereka berumah tangga baru kali ini terungkap modus busuknya santoso. Santoso masuk ke kamarnya dan mengambil beberapa perhiasan istrinya. Tak mengucapkan kata lagi. Berjalan keluar dan meninggalkan rumah.
***
            Santoso pulang ke rumah ratna wanita mudanya dengan membawa beberapa perhiasan hasil ambilan dari istrinya. Ratna menyambutnya dengan gembira. Karena selain ia di bawakan beberapa perhiasan ia sendiri membawa kabar untuk santoso. Ia bercerita kepada santoso kalau ia sedang hamil. Ia juga menginginkan saat kehamilannya nanti santoso selalu bersama di rumahnya dan tak mengijinkannya untuk pulang dulu ke rumah istrinya.
            Langit mulai murung, matahari keluar tak bersemangat, begitu pula awan yang sepertinya tak terlihat segar mulai mengikuti tara yang sedang berjalan kaki keluar rumah menuju apotek membelikan obat untuk ibunya.
            Di apotek tara bertemu dengan uru yang saat itu sedang melintasi jalan depan apotek. Tara memanggilnya dengan keras agar uru mendengar panggilannya di tengah bisingnya suara kendaraan di jalanan.
            “Tara. Ada yang bisa bantu?” kata uru saat sudah berhenti menghampiri tara.
            “Apa kau bisa menemaniku mencari ayahku?” jawab tara
            Tara juga menjelaskan kenapa ia ingin mencari ayahnya tak tak kunjung pulang beberapa bulan terakhir. Ia sebenarnya sudah tak peduli dengan keberadaan ayah yang kejam kepadanya juga ibunya. Namun ia tak tega melihat ibunya yang sakit-sakitan karena penyakit anemianya di tambah memikirkan keberadaan suaminya yang pergi tak kunjung pulang juga mengambil beberapa perhiasan yang di milikinya.
            Setelah tara menjelaskan beberapa alasannya untuk mencari ayahnya. Uru pun mau menemaninya. Sebelum mereka berangkat pergi mulai dalam pencarian santoso. Terlebih tara memberikan obat kepada ibunya di rumah. Sampai di rumah, uru melihat ibu tara sudah menjadi kurusan. Tak seperti ketika ia lihat saat makan siang bersama.
            Tak berpamitan pergi untuk mencari ayahnya, karena tara takut akan menambah beban pikiran ibunya. Ia hanya mengatakan pergi mengantar uru pulangnya. Kemudian ibunnya mengijinkannya dan mendoakan mereka semoga selamat dalam perjalanan hingga nanti sampai rumah. Tak lupa uru juga mendoakan ibu tara agar cepat sembuh dan bisa bersabar dalam menerima cobaan yang di berikan oleh Allah. Karena memang sesungguhnya cobaan yang di berikan Allah kepada kita hanya untuk menguji keimanan kita.
***
            “Ru, sebenarnya aku tak tau harus mencari ayah kemana. Aku juga tak tau dimana ia tinggal sekarang.” Kata tara saat sudah keluar dari rumah.
            “Mungkin aku sedikit tau dimana keberadaan ayahmu sekarang. Kita coba cari saja di tempat-tempat ramai yang biasa di datangi para hidung belang disana.” Komentar uru.
            Uru memang sangat yakin dengan kebaraan ayahnya di tempat itu, atau kalau tidak disitu pasti di rumah ratna selingkuhannya. mungkin kedua tempat itu yang bisa di jadikan potokan pencarian mereka.
            Untuk mencari ayahnya di tempat para hidung belang, uru dan tara harus menunggu waktu malam tiba. Sekitar jam 23.00 wib tempat para hidung belang sudah mulai ramai. Tanpa basa-basi uru langsung menuju pada si empunya yang punya jajanan dan menanyakan keberadaan santoso sekarang. Si empunya yang punya jajan pun menjawab: “Sudah beberapa bulan ini pelangganku santoso tak kesini. Jadi aku tak tau dimana sekarang ia berada. Kami tak pernah menanyakan alamat mereka tinggal. Karena yang kami butuhkan disini hanya orang datang membeli jajanan kami dan membayarnya. Tak lebih dari itu.”
            Mendengar penjelasan si empunya yang punya jajanan dengan jelas, uru mengucapkan terima kasih atas infonya dan memberikan uang sebgaimana layaknya tarif orang jajan karena telah memotong waktu dari si empunya yang punya jajanan.
            Karena dalam mencari santoso di tempat para hidung belang tak ditemukan, uru dan tara mencoba mendatangi ke rumah ratna selingkuhan santoso. Saat itu tara memang sangat terheran-heran dengan uru. Bagaimana bisa uru mengetahui tempat-tempat keberadaan ayahnya biasanya sedangkan ia sendiri sebagai anaknya tak pernah mengetahui hal itu. Namun semua keganjalan yang dirasakan oleh tara tak menjadikan sebuah masalah lagi. Ia tak begitu mempedulikan hal itu. mungkin di lain kali saja ia akan menanyakannya mengenai ketahuannya tentang banyak hal. Karena yang terpenting untuk saat ini baginya hanyalah mencari ayahnya untuk ibunya.
            Malam itu keadaan tak mendukung mereka dalam melanjutkan pencarian santoso ke rumah ratna. Langit menurunkan airnya. Angin kencang juga membuat uru dan tara tak kuat menahan dinginnya serbuan air hujan dan angin yang melengkapinya. Selain itu juga sudah terlaru larut untuk melanjutkannya. Sehingga mereka putuskan melanjutkan percariannya besok pagi-pagi sekali.
***
            Jam 07.00 wib saat banyak anak sekolah sedang mengayuh sepadanya untuk berangkat sekolah, para pedangan-pedagang kaki lima yang sudah siap berjualan di luar gerbang sekolahan serta para pekerja kantoran yang sudah siap mengantarkan anaknya terlebih dahulu berangkat ke sekolah sebelum mereka sendiri berangkat ke kantor tempat mereka bekerja. Saat itu pula uru dan tara berangkat mencari santoso dengan menggunakan motor meticnya uru menuju rumah ratna.
            “Ayah pulanglah ke rumah sebentar untuk menjenguk ibu, ibu sedang sakit-sakitan memikirkan ayah.” Kata tara ketika melihat santoso memang berada di rumahnya ratna selingkuhannya.
            Namun tiba-tiba  sebuah mobil polisi berhenti di depan rumahnya beserta beberapa rombongan polisi berdiri di depan pintu rumah. Santoso tak mempedulikan apa yang dikatakan oleh tara. Ia malah menghapiri polisi yang ada di depan pintu dan berkata: “Ada apa pak? Ada yang bisa kami bantu?”
            “Bisa bertemu dengan bapak santoso?” kata polisi
            “Iya, saya sendiri. Ada yang bisa saya bantu pak?” kata santoso
            “Kami kesini membawa surat menangkapan dan di tugaskan untuk membawa bapak ke kantor polisi untuk pemeriksaan lebih lanjut mengenai kasus korupsi yang di lakukan pak santoso di perusahaan Anasha tempat bapak bekerja.”  
            Tak terima dengan kedatangan polisi untuk menangkapnya. Santoso mencoba melarikan diri. Ia berlari melewati para polisi yang ada di belakang polisi yang berbicara sebelumnya dengan kencang.
            Pistol dan perlengkapan polisi sudah siap di pakai untuk menembak santoso kalau-kalau ia akan melakukan tindakan yang merugikan polisi. Tara dan uru hanya bisa menyaksikan kejadian itu saja. Sedang ratna mencoba bersembunyi dari untuk menghindar dari polisi.
            Sebagian polisi mengejar dengan jaln kaki dan sebagian lagi menggunakan mobil polisi. Di tengah-tengah jalanan yang ramai dengan banyak kendaraan, santoso terus berlari dan mencoba melarikan dir sejauh mungkin. Sebuah truk besar berwarna hijau dari kejauhan melaju dengan cepat. Sedangkan santoso terus berlari sambil sedikit-sedikit menengok ke belakang karena takut langkahnya dekat dengan polisi yang mengejarnya.
            “Brak.......” suara saat truk besar berwarna hijau itu menabrak sansoso dengan sadis. Tansoso tewas saat itu juga. Para polisi segera menghampiri dan mengurusinya. Tara dan uru juga menyusul datang ke tempat kejadian.
***
            Tak sedikitpun kesedihan yang menyelimuti tara dalam kematian ayahnya yang meninggal dengan sadis itu. Namun ia hanya berharap agar ibunya di beri kesembuhan secara total dan bisa memunculkan kembali kebahagian.
The End
                                                                                                            Oleh: Nurul Kholisoh