Minggu, 06 Oktober 2013

PEMOTRETAN UNTUK JURNALISTIK


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Foto adalah puisi tanpa kata- kata, sarana komunikasi tercepat yang efektif dan efisien. Seorang wartawan foto menyampaikan perasaannya atau apa yang dilihatnya secara visual agar terjadi komunikasi dengan jalan pintas.
Nilai sebuah foto jurnalistik yaitu sebuah cerita yang mengungkapkan dan melaporkan semua aspek dari suatu kenyataan dengan menyiratkan rumus 5W+1H, sehingga dapat mewakili ribuan kata atau kalimat. Dalam dunia persuratkabaran foto- foto jurnalistik sangat penting dan perlu. Karena foto membuat segar halaman surat kabar, menolong mata pembaca untuk melihat hal- hal yang menariki, memisahkan dua berita agar tidak monoton. Sebuah foto jurnalistik juga berfungsi sebagai headline (judul berita).[1]
 Selain itu, di dalam dunia jurnalistik, foto merupakan kebutuhan yang vital. Sebab foto adalah salah satu daya pemikat bagi para pembacanya. Di sisi lain, foto juga sebagai pelengkap dari berita tulis. Penggabungan keduanya, kata-kata dan gambar, selain menjadi lebih teliti dan sesuai dengan kenyataan dari sebuah peristiwa, juga seolah mengikutsertakan pembaca sebagai saksi dari peristiwa tersebut. Kelebihan dari sebuah foto sebagai medium komunikasi visual yaitu tulisan menjadikan lebih mudah dipahami.
Dalam pengambilan foto, fotografer perlu mempelajari penggunaan peralatan foto, mereka mungkin merasa lebih mudah bekerja dengan kamera 35 mm, yang sudah lama dipakai dalam dunia jurnalistik. Sedangkan fotografer yang lebih ahli mungkin lebih menyukai kamera yang lebih canggih, memiliki sistem exposure multimode, dan sistem focus otomatis.  Oleh karena itu di dalam makalah ini akan dipaparkan tentang pemotretan dalam journalism.[2]

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana Menguasaan Kamera?
2.      Bagaimana Membangun Kreatifitas dalam Pemotretan?
3.      Bagaimana Memanipulasi Sebuah Foto?
4.      Seperti Apakah Manajemen Pemotretan itu?
5.      Bagaimana Tips Memotret ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengguasaan Kamera
            Memotret adalah proses kreatifitas yang tidak hanya sekedar membidik obyek yang akan kita rekam dan kemudian menekan tombol shutter pada kamera. Dalam menciptakan sebuah karya foto kita harus mempunyai ide (konsep) yang matang agar tidak mengalami kesulitan dilapangan dan yang tidak kalah pentingnya adalah memahami tentang komposisi, ketajaman dan pencahayaan (teknis). Untuk menghasilkan sebuah karya foto. Seorang fotografer pada awalnya harus menguasai kamera dan bagaimana cara kerja kamera tersebut.
1.      Focusing
      Istilah focusing dalam fotografi adalah proses penajaman imaji pada bidang tertentu suatu obyek pemotretan. Focusing adalah teknik paling dasar tetapi begitu penting, karena untuk mendapatkan gambar yang tajam dan jelas kita harus melakukan focusing secara tepat. Pemilihan bidang atau titik tertentu dalam suatu obyek foto akan menentukan kesan “kedalaman” pada sebuah foto. Obyek yang akan kita hadapi dalam pemotretan tidak hanya sekedar benda diam saja, tetapi kita juga akan dihadapkan pada benda bergerak (misalnya foto olahraga), hal ini akan berpengaruh pada tingkat kesulitan dalam focusing. Untuk tahap pembelajaran, lakukanlah focusing pada benda diam dahulu hingga kita memahami tehnik focusing dengan tepat.
2.      Pengaturan Speed
      Proses pembakaran negatif di dalam kamera untuk mendapatkan imaji tertentu dipengaruhi oleh cara kerja dan kecepatan rana kamera. Kita bisa menentukan kecepatan rana saat pembakaran dengan pengaturan speed. Semakin tinggi speed (high speed) yang kita pakai maka akan semakin cepat pula rana bekerja dan sebaliknya, semakin rendah speed (low speed) yang kita pakai maka akan semakin lambat pula rana bekerja. Dalam dunia fotografi terdapat istilah pencahayaan normal (normal eksposure), pencahayaan rendah (under eksposure) danpencahayaantinggi (over eksposure). Pencahayaan normal adalah dimana kita menentukan speed dan diafragma yang tepat untuk mendapatkan gambar seperti pada keadaan obyek foto yang sebenarnya. Over eksposure (pencahayaan tinggi) adalah kompensasi pada pengaturan speed untuk mendapatkan intensitas pencahayaan yang lebih banyak daripada pencahayaan normal dan gambar yang dihasilkan pun lebih terang daripada kondisi aslinya.Under eksposure (pencahayaan rendah) adalah kompensasi pencahayaan pada pengaturan speed untuk mengurangi intensitas cahaya dibawah pencahayaan normal.Under eksposure sering digunakan ketika kondisi cahaya dalam pemotretan terlalu keras sehingga pengkompensasian akan diperlukan untuk mendapatkan gambar yang lebih maksimal.
3.      Pengaturan Diafragma
      Sebuah foto yang menarik adalah dimana foto tersebut terdapat dimensi ruang atau kesan kedalaman.Fasilitas diafragma pada lensa kamera berperan penting dalam mengatur pemisahan antara bidang background dan obyek utama.Diafragma juga menetukan seberapa luas ruang tajam pada foto.Semakin kecil bukaan diafragma semakin luas ruang tajam yang bisa kita dapatkan dan semakin besar bukaan diafragma maka semakin sempit ruang tajam dalam foto.
B.     Kreatifitas Pemotretan
            Dalam pengambilan foto, ada beberapa fasilitas yang disediakan oleh kamera yang dapat menunjang kekreatifan dalam mengambil sebuah gambar, yaitu:
1.      Zooming
      Zooming adalah kreatif pemotretan dengan memanfaatkan fasilitas ring zoom pada lensa kamera. Zoom in adalah membuat gambar obyek tampak lebih mendekat sedangkan zoom out adalah membuat gambar obyek tampak lebih menjauh. Dalam pengaturan speed dan penggunaan zoom yang tepat akan memberikan efek motion (gerak) pada hasil foto.
2.      Panning
      Panning adalah teknik kreatif pemotretan untuk mendapatkan efek gerak pada obyek yang bergerak (balap motor, orang berlari, dll). Hasil dari teknik panning adalah adanya efek motion (gerak) pada latar belakang (background).
3.      Double/Multi Ekspose
      Adalah teknik pemotretan dengan mengkombinasikan beberapa perekaman imaji/gambar dalam satu bingkai frame.Teknik ini membutuhkan penuangan kreatifitas, ide, konsep dan pemahaman komposisi serta pencahayaan.
4.      Bulb
      Bulb adalah proses pemotretan dengan memanfaatkan fasilitas bulb pada kamera. Fasilitas bulb pada kamera memberikan keleluasaan dalam menentukan berapa lama rana terbuka untuk proses pembakaran. Bila kita memotret pada kondisi cahaya yang minim atau sangat kurang (pada malam hari), dan prioritas speed tidak mampu lagi mendapatkan pencahayaan normal maka fasilitas bulb pada kamera akan sangat membantu. Untuk menghindari goncangan (shaking), alat bantu tripod dan kabel release sangat dibutuhkan.
5.      Siluet
      Siluet adalah teknik pemotretan untuk menampilkan gambar obyek dalam keadaan gelap. Teknik ini memanfaatkan arah sumber cahaya yang berasal dari balik obyek yang akan kita potret. Teknik ini membutuhkan ketepatan pencahayaan agar obyek yang kita rekam tetap tampil dengan kontur dan ketajaman yang tepat.
6.      Makro
      Makro adalah kreatif dalam pemotretan dengan menggunakan lensa makro untuk mendapatkan gambar obyek yang sangat dekat sekali. Foto makro juga digunakan untuk mendapatkan detail dan tekstur pada obyek yang kita potret. Dalam pemotretan makro, ruang tajam akan menjadi sempit sekali oleh karena itu dibutuhkan ketepatan pancahayaan dan focusing. Ketika tidak ada lensa makro untuk melakukan pemotretan ini kita bisa menyiasatinya dengan membalik lensa normal untuk pemotreta makro.
7.      Framming
      Framming adalah kreatif pemotretan dengan memanfaatkan unsur lain pada obyek yang kita potret sehingga membentuk kesan frame/bingkai tersendiri untuk menambah nilai keunikan dan menarik serta memperkuat kesan foto secara visual
8.      Strobis
      Strobist adalah teknik pemakaian flash secara external, jadi tidak digunakan diatas hotshoe kamera, melainkan dengan bantuan trigger, atau Flash yang bisa digunakan sebagai master. Alat wireless trigger ini umumnya menggunakan gelombang radio atau sinar infra merah untuk menyalakan flash slave (flash lain harus mengikuti pada flash utama). Keuntungan dengan menggunakan teknik ini kita bisa memposisikan satu atau lebih flash di mana saja untuk mengatur arah, intensitas, cahaya untuk menghasilkan foto yg kita inginkan.[3]
C.    Manipulasi Foto
            Yang dimaksud dengan manipulasi foto adalah teknik memperdaya suatu gambar dengan keinginan kita. Teknik ini disebut:
1.      Montage (montase), yaitu menggabungkan beberapa foto menjadi satu kesatuan.
2.      Crapping (kroping), yaitu teknik memotong atau menghilangkan bagian lain dari foto agar kita bisa mendapatkan bagian penting yang berkesan kuat.
3.      Pushing, yaitu teknik memotret dengan memanipulasi film, hal ini biasanya dilakukan pada tempat yang tidak normal.[4]
D.    Manajemen Pemotretan
            Manajemen pemotretan dapat diartikan suatu rangkaian kegiatan pemotretan yang diatur dengan sebaik-baiknya untuk kelancaran dan keberhasilan dalam pemotretan, agar dihasilkan gambar yang baik seperti yang diharapkan. Rangkaian kegiatan tersebut merupakan acuan kerja bagi fotografer dalam melaksanakan kegiatannya.
            Masalahnya adalah, bagaimana menerapkan ilmu manajemen dalam pemotretan? Penerapan fungsi manajemen dalam pemotretan pada dasarnya sama dengan yang diterapkan dalam usaha lainnya, yakni mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan sampai evaluasi/ pengawasan. Jika dijabarkan, fungsi manajemen pemotretran tsb adalah sbb :
1.      Perencanaan
      Perencanaan di sini adalah rencana pemotretannya. Seorang fotografer harus mengetahui dan mencatat hal-hal seperti: Siapa yang memberi order pemotretan?, Apa yang akan dipotret (obyek)?, Dimana tempat pemotretannya dan bagaimana lokasinya (indoor/outdoor)?, Kapan pemotretannya (Hari, Jam, dsb)?, Hindari jadwal pemotretan bersamaan (bentrok).
     Data di atas harus diketahui dan dicatat dalam agenda kerja, sehingga segala sesuatunya dapat dipersiapkan dengan sebaik-baiknya. Manfaat lain dari data perencanaan tsb adalah agar pemotret lebih leluasa menyiapkan segala sesuatunya di dalam pemotretan tsb, sehingga jika hal-hal yang kurang jelas atau ada peralatan yang kurang/ rusak, bisa diantisipasi dan diatasi lebih awal.
2.      Pengorganisasian
     Rencana pemotretan yang sudah dibuat harus dilanjutkan dengan pengorganisasiannya. Yakni persiapan:
a.       Kamera dan Peralatan kamera (lensa, tripod, blitz, lightmeter, film, lighting,background, filter, batery, cable release, dsb) yang akan dibawa
b.      Asisten yang akan membantu dalam bekerja
c.       Sesuaikan dengan pekerjaan pemotretan yang akan dilaksanakan (pernikahan, show, pesta, dsb)
d.      Mengetahui apa yang akan dipotret dan dimana pemotretannya merupakan kata kunci yang harus dipegang.
3.      Pelaksanaan pemotretan
     Untuk suksesnya pelaksanaan pemotretan, sebaiknya :
a.       1-2 hari sebelum hari H dilakukan pengecekan ulang terhadap semua peralatan kamera yang akan dibawa dan digunakan dalam pemotretan, sehingga persiapannya benar-benar matang. Hal ini penting untuk menambah rasa percaya diri dan menghilangkan keraguan dalam bekerja.
b.      Saat pemotretan tiba, datanglah kelokasi pemotretan lebih awal dari jadwal yang ditentukan, sehingga segala sesuatunya dapat dipersiapkan tanpa tergesa-gesa.
c.       Pemotretan juga akan lebih leluasa memilih sudut pengambilan gambar [angle] yang tepat untuk menghasilkan gambar terbaik.
d.      Film yang sudah digunakan untuk memotret segera bawa ke studio foto untuk diproses cuci cetak dan hasilnya disampaikan kepada klien yang dipotret sesuai waktu perjanjian, sehingga segala sesuatu pekerjaan benar-benar berjalan dengan rencana yang dibuat.
4.      Evaluasi [mulai perencanaan, pengorganisasian, dan pemotretannya sendiri][5]
Foto jurnalistik mengundang berbagai bahasa penafsiran yakni:
a.       Bahasa penampilan: bahasa ekspresi muka, bahasa isyarat, bahasa penciuman,bahasa pendengaran, dan bahasa tingkah.
b.      Bahasa komposisi. Seperti bahasa warna, bahasa teksture, bahasa garis, bahasa sinar, bahasa bentuk, dan bahasa tata letak.
c.       Bahasa gerak.
E.     Tips Memotret
Berikut tips memotret yang dapat kami sampaikan:
1.      Mulai memotret dengan dengan long shot, orang akan melihat anda dari kejauhan lalu memotret dengan medium shot. Orang mulai mengenali anda. Dan memotret close up. Orang sudah bisa menerima anda, sehingga anda bebas memotret.
Cara ini juga membantu mempersiapkan mental sebelum berhadapan langsung dengan orang yang akan difoto.
2.      Memotret di kelas sama dengan memotret di luar kelas. Angel-angel dan jarak pemotretan juga sama. Yang berbeda adalah suasana, baik itu suasana di dalam di luar diri anda. Oleh karena itu, siapkan mental dan ketrampilan anda memotret. Seringlah memotret. Makin sering memotret makin bisa menguasai keadaan dalam maupun luar diri anda.
3.      Memotret adalah melakukan hal yang sama yang telah dilakukan orang, meliputi sudut pengambilan, jarak pemotretan dan teknik –teknik pemotretan. Melakukan hal yang telah dilakukan orang dalam memotret adalah hal yang wajar. Karena itu seringlah mengamati gambar. Seringlah mengamati teknik-teknik dan sudut pengambilan gambr yang telah orang lain lakukan, melalui buku-buku, majalah atau koran. Karena dengan sering mengamati gambar akan timbul rasa visual (sense of visual) yang membantu anda dalam memotret.[6]

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
            Memotret adalah proses kreatifitas yang tidak hanya sekedar membidik obyek yang akan kita rekam dan kemudian menekan tombol shutter pada kamera. Beberapa kreativitas dalam memotret yaitu ada zooming, panning, bult, suilet, double, famming, makro dan sebagainya. Mengenai manipulasi foto adalah teknik memperdaya suatu gambar dengan keinginan kita. Berkaitan dengan ini perlu adanya menejemen pemotretan agar gambar yang di inginkan sesuai harapan.
B.     Saran dan Rekomendasi
Demikian makalah yang kami buat apabila ada kekurangan dan kesalahan dalam menyediakan materi atau penulisan makalah, kami mohon maaf. Untuk itu kami mohon saran dan kritik yang membangun supaya bisa menjadi acuan yang lebih baik dalam penyusunan makalah selanjutnya,  semoga melalui makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun dan umumnya bagi pembaca.



DAFTAR PUSTAKA
Audy Mirza Alwi, Foto Jurnalistik metode memotret dan mengirim foto ke media massa, jakarta: PT Bumi Aksara, 2004,

Ido Priyo Hadi, Penerapan Manajemen dalamPemotretan, 09-09-2013

Yuda Kurniawan, Pengenalan Jenis-Jenis Foto dan Teknis Dasar Pemotretan, 18-09-2013

Patmono SK, Teknik Jurnalistik Tuntutan Praktis untuk menjadi Wartawan, Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 1996,

Yurnaldi, Kiat Praktis Jurnalistik, (Angkasa Raya :1992,Padang)

Tom E. Rolnicki et. Al., Pengantar Dasar Jurnalisme (Scholastic Journalism), Penerjemah: Tri Wibowo, Jakarta: Kencana, 2008,



[1]Yurnaldi, Kiat Praktis Jurnalistik, (Angkasa Raya :1992,Padang)hal. 87
[2] Tom E. Rolnicki et. Al., Pengantar Dasar Jurnalisme (Scholastic Journalism), Penerjemah: Tri Wibowo, Jakarta: Kencana, 2008, hlm. 331
[3]  Yuda Kurniawan, Pengenalan Jenis-Jenis Foto dan Teknis Dasar Pemotretan, 18-09-2013
[4] Patmono SK, Teknik Jurnalistik Tuntutan Praktis untuk menjadi Wartawan, Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 1996, hlm. 121
[5] Ido Priyo Hadi, Penerapan Manajemen dalamPemotretan, 09-09-2013
[6] Audy mirza alwi, Foto jurnalistik metode memotret dan mengirim foto ke media massa, jakarta: PT Bumi Aksara, 2004, halm 94