PENYULUHAN AGAMA
I.
PEBDAHULUAN
Kehidupan beragama
merupakan hak asasi setiap manusia. Bahkan hidup beragama adalah hak asasi yang
paling asasi. Mayoritas penduduk Indonesia memeluk agama Islam, jumlahnya
diatas 90 % dari seluruh penduduk nusantara ini. Namun kita semua tahu dan
sadar, dari 90 % tersebut yang benar-benar memahami, menghayati dan mengamalkan
syariat Islam mengkin tidak lebih dari separonya.
Pemahaman masyarakat
terhadap nilai –nilai dan ajaran Islam masih perlu ditingkatkan. Dan ini
menjadi tanggungjawab serta kewajiban bersama bagi setiap muslim, ulama dan
tokoh agama, serta pemerintah.[1]
Allah berfirman dalam
QS An Nahl 125:
”Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang
baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah
yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah
yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”.
II.
RUMUSAN MASALAH
1. pengertian penyuluhan agama
2. Agama dan pembangunan
III.
PEMBAHASAN
1.
Pengertian penyuluhan agama
penyuluh agama adalah
ujung tombak yang berperan penting dalam upaya membimbing masyarakat memahami ajaran
agama, dan mengamalkannya secara berkualitas.
Keberhasilan seorang
Penyuluh Agama Islam dalam melaksanakan tugasnya di masyarakat dipengaruhi oleh
beberapa komponen diantaranya melalui pendekatan filologi : fenomenologi,
semantik, historiografi, heurmrnetika.
2.
Agama dan pembangunan
Tujuan pembangunan
sederhana saja yaitu memberantas kemiskinan dan menjembatani kesenjangan.
Karena kemiskinan dan kesenjangan memiliki akar masalah kemakmuran dan keadilan
maka pembangunan pada akhirnya berdampak pada ekonomi, juga pada sosial.
Penderitaan kemiskinan bukan hanya disebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan
dasar, seperti sandang, pangan, dan papan, tetapi juga kesempatan memperoleh
pendidikan, pelayanan kesehatan, kesempatan kerja, dan pengembangan diri, akses
pada informasi serta peluang untuk turut serta mengambil bagian dalam proses
kemasyarakatan dan bahkan kehidupan kenegaraan.
Dalam perkembangannya
upaya pemberantasan kemiskinan dan penanggulangan kesenjangan membutuhkan
pijakan normatif dan moral serta etis. Karena pada gilirannya, pembangunan
sejati harus mengacu pada pengakuan bahkan pemuliaan harkat dan martabat
manusia, harga diri dan kehormatan individu, serta pengakuan atas kedaulatan
seseorang ataupun kelompok untuk mengembangkan diri sesuai dengan kenyakinan
dan jati diri serta bisikan nuraninya. [2]
3. Pendekatan ( filologi ;
fenomenologi, semantik, historiografi, heurmenetika )
Pendekatan
Filologi
Berbagai teks atau peristiwa yang diberikan
merupakan naskah penyuluhan, seperti halnya teks yang diserupakan lambang dapat
dikembangkan makna-makna melalui studi filologi, sebagai pendekatan yang
menitik beratkan dengan hubungan budaya dan seni serta kaitannya dengan
rumpun-rumpun bahasa lainnya dan kerabat-kerabat bahasa yang merupakan studi
budaya dan seni.[3]
Pendekatan Fenomenologi
fenomenologi
agama adalah aspek pengalaman keagamaan, dengan mendeskripsikan atau
menggambarkan fenomena keagamaan secara konsisten dalam orientasi keimanan atau
kepercayaan objek yang diteliti. Pendekatan ini melihat agama sebagai komponen
yang berbeda dan dikaji secara hati-hati berdasarkan sebuah tradisi keagamaan
untuk mendapatkan pemahaman di dalamnya. Fenomenologi agama muncul dalam upaya
untuk menghindari pendekatan-pendekatan yang sempit dan normatif dengan
berupaya mendeskripsikan pengalaman-pengalaman agama dengan akurat.
Pendekatan
Semantik
Pendekatan semantik pada dasarnya
menitikberatkan teks-teks atau peristiwa dari kasuus dengan memberikan
simbol-simbol itu kemudian dipahami melalui penelitian teks-teks sebelumnya
maupun sesudahnya secara seseluruhan ( holistik ).[4]
Semantik
itu secara ringkas dapat diuraikan sebagaiberikut :
1.
Tuhan menurunkan ayat
2.
manusia meresponnya baik dengan
menerimanya sebagai kebenaran ( tasdiq
) atau menolaknya sebagai kepalsuan (takdzib)
3.
menuju kepada
"kepercayaan" (iman)
atau menuju kepada " ketidak percayaan " (kufr ). [5]
pendekatan
Historiografi
Pendekatan ini sangat populer dikalangan para
ahli di lingkungan departemen agama. Pendekatan ini mengasumsikan bahwa
realitas yang terjadi sekarang ini sebenarnya merupakan hasil proses sejarah
yang terjadi sejak beberapa tahun, ratusan tahun, atau bahkan ribuan tahun yang
lalu. Kesenjangan sosial dan kemiskinan yang diderita umat islam Indonesia,
misalnya, tidak lepas dari politik penjajahan yang terjadi dimasa lampau.
Demikian pula banyak fenomena sosial keagamaan
yang terdapat dikalangan umat islam, seperti pemahaman dengan kitab suci,
ritus-ritus keagamaan, konflik antar organisasi sosial keagamaan, dan pemahaman
aqidah tidak bisa dipahami tanpa pemahaman sejarah. Karena itu pendekatan
sejarah merupakan “ pisau analisis ”
untuk memahami berbagai fenomena keagamaan.
Pendekatan sejarah secara lebih teknis perlu
dibedakan dengan penelitian sejarah. Dengan melakukan rekontruksi terhadap
fenomena masa lampau, baik gejala keagamaan yang terkait dengan masalah
politik, sosial, ekonomi, dan budaya, misalnya bagaiman pesantren dan kyai
dalam melakukan perlawanan terhadap perlawanan tentara belanda dalam agresi
militer kedua ( tahun 1948 ) ?
Sejarah
ini belum terlalu lama berlalu sehingga para pelaku dan saksi atasperistiwa
tersebut relative masih banyak. Karena itu, peristiwa ini dapat direkontruksi
melalui lisan, yakni dengan melakukan wawancara mendalam dengan pelaku sejarah
dan saksi hidup. Juga dapat melakukan telaah kepustakaan, seperti Koran,
majalah, arsip, dokumen-doumen pribadi, dan lain sebagainya.[6]
Pendekatan
Heurmenetika
Ada
tiga komponen pokok hermeneutika. Kesatu, adanya tanda, pesan berita yang kerap
berbentuk teks. Kedua, harus ada sekelompok penerima yang bertanya-tanya atau
merasa “asing” terhadap pesan itu. ketiga, adanya perantara atau kurir antara
kedua belah pihak.
Peta
pendekatan hermeneutik menurut palmer adalah:
1. Sebagai teori penafsiran kitab suci( oleh J.C. Danhauer)
2. Sebagai metode filologi, yang hanya menakankan pada kosakata atau gramatikal
3. Sebagai ilmu pemahaman linguistik, sebagai kritik pada metode filologi,dan menawarkan perpaduan gramatikal dan psikologi (oleh Schleiermacher)
4. Sebagai fondasi metodologi ilmu-ilmu kemansusiaan (oleh Wilhelm Dilthey)
5. Sebagai sistem penafsiran[7]
1. Sebagai teori penafsiran kitab suci( oleh J.C. Danhauer)
2. Sebagai metode filologi, yang hanya menakankan pada kosakata atau gramatikal
3. Sebagai ilmu pemahaman linguistik, sebagai kritik pada metode filologi,dan menawarkan perpaduan gramatikal dan psikologi (oleh Schleiermacher)
4. Sebagai fondasi metodologi ilmu-ilmu kemansusiaan (oleh Wilhelm Dilthey)
5. Sebagai sistem penafsiran[7]
IV.KESIMPULAN
penyuluh agama adalah
ujung tombak yang berperan penting dalam upaya membimbing masyarakat memahami
ajaran agama, dan mengamalkannya secara berkualitas.
Tujuan pembangunan
sederhana saja yaitu memberantas kemiskinan dan menjembatani kesenjangan.
Karena kemiskinan dan kesenjangan memiliki akar masalah kemakmuran dan keadilan
maka pembangunan pada akhirnya berdampak pada ekonomi, juga pada sosial.
Keberhasilan seorang
Penyuluh Agama Islam dalam melaksanakan tugasnya di masyarakat dipengaruhi oleh
beberapa komponen diantaranya melalui pendekatan filologi : fenomenologi,
semantik, historiografi, heurmrnetika.
V.
PENUTUP
Demikian makalah ini kami buat, mudah-mudahan bermanfaat
bagi kita. Apabila ada kekurangan dari makalah kami, kritik dan saran sangat
kami harapkan guna membangun makalah kami yang selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
http/adamtets/blogspot.com/2011/12/09:30/penyuluhan agama/html
Moralitas dan pembangunan.
Yogyakarta: 1994. Lkpsm
Pengembangan materi penyuluhan
agama islam, Drs.H.Herman Bahdim dan Drs.H.Mustain,MM, Jakarta:2002
Pius a partanto, M. dahlan al
barry.kamus ilmiah populer.arkola.Surabaya
Relasi tuhan dan manusia : pendekatan semantic. posed on april 26,
2010 by ahmad sumantho dalam bukunya Toshihiko Izutsu yang berjudul “God and
Man in The Quran”.
U maman dkk. Metodologi penelitian agama, teori dan praktik. Jakarta: 2006.
Rajagrafindo persada.
[1]
http/adamtets/blogspot.com/2011/12/penyuluhan agama/html
[2] Moralitas dan
pembangunan. Yogyakarta. 1994. lkpsm
[3] Pengembangan materi
penyuluhan agama islam, Drs.H.Herman Bahdim dan Drs.H.Mustain,MM,
Jakarta:2002hal52
[4] Ibid.hal54
[5]
Relasi tuhan dan manusia :
pendekatan semantik. posed on april
26, 2010 by ahmad sumantho dalam bukunya Toshihiko Izutsu yang berjudul “God
and Man in The Quran”.
[6] U maman dkk.
Metodologi penelitian agama, teori dan praktik. Jakarta. 2006. Rajagrafindo
persada. Hal 149.
[7]
http/adamtets/blogspot.com/2011/11/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar