BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Foto adalah
puisi tanpa kata- kata, sarana komunikasi tercepat yang efektif dan efisien.
Seorang wartawan foto menyampaikan perasaannya atau apa yang dilihatnya secara
visual agar terjadi komunikasi dengan jalan pintas.
Nilai sebuah foto jurnalistik
yaitu sebuah cerita yang mengungkapkan dan melaporkan semua aspek dari suatu
kenyataan dengan menyiratkan rumus 5W+1H, sehingga dapat mewakili ribuan kata
atau kalimat. Dalam dunia persuratkabaran foto- foto jurnalistik sangat penting
dan perlu. Karena foto membuat segar halaman surat kabar, menolong mata pembaca
untuk melihat hal- hal yang menariki, memisahkan dua berita agar tidak monoton.
Sebuah foto jurnalistik juga berfungsi sebagai headline (judul berita).
Selain itu, di dalam
dunia jurnalistik, foto merupakan kebutuhan yang vital. Sebab foto adalah salah
satu daya pemikat bagi para pembacanya. Di sisi lain, foto juga sebagai
pelengkap dari berita tulis. Penggabungan keduanya, kata-kata dan gambar,
selain menjadi lebih teliti dan sesuai dengan kenyataan dari sebuah peristiwa,
juga seolah mengikutsertakan pembaca sebagai saksi dari peristiwa tersebut.
Kelebihan dari sebuah foto sebagai medium komunikasi visual yaitu tulisan menjadikan
lebih mudah dipahami.
Dalam
pengambilan foto, fotografer perlu mempelajari penggunaan peralatan foto,
mereka mungkin merasa lebih mudah bekerja dengan kamera 35 mm, yang sudah lama
dipakai dalam dunia jurnalistik. Sedangkan fotografer yang lebih ahli mungkin
lebih menyukai kamera yang lebih canggih, memiliki sistem exposure
multimode, dan sistem focus otomatis. Oleh karena itu di dalam makalah ini akan
dipaparkan tentang pemotretan dalam journalism.
B.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana
Menguasaan Kamera?
2. Bagaimana
Membangun Kreatifitas dalam Pemotretan?
3. Bagaimana
Memanipulasi Sebuah Foto?
4. Seperti
Apakah Manajemen Pemotretan itu?
5. Bagaimana Tips Memotret ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengguasaan
Kamera
Memotret adalah proses kreatifitas
yang tidak hanya sekedar membidik obyek yang akan kita rekam dan kemudian
menekan tombol shutter pada kamera. Dalam menciptakan sebuah karya foto kita
harus mempunyai ide (konsep) yang matang agar tidak mengalami kesulitan
dilapangan dan yang tidak kalah pentingnya adalah memahami tentang komposisi,
ketajaman dan pencahayaan (teknis). Untuk menghasilkan sebuah karya foto.
Seorang fotografer pada awalnya harus menguasai kamera dan bagaimana cara kerja
kamera tersebut.
1. Focusing
Istilah focusing dalam fotografi adalah proses
penajaman imaji pada bidang tertentu suatu obyek pemotretan. Focusing
adalah teknik paling dasar tetapi begitu penting, karena untuk mendapatkan
gambar yang tajam dan jelas kita harus melakukan focusing secara tepat.
Pemilihan bidang atau titik tertentu dalam suatu obyek foto akan menentukan
kesan “kedalaman” pada sebuah foto. Obyek yang akan kita hadapi dalam
pemotretan tidak hanya sekedar benda diam saja, tetapi kita juga akan
dihadapkan pada benda bergerak (misalnya foto olahraga), hal ini akan
berpengaruh pada tingkat kesulitan dalam focusing. Untuk tahap pembelajaran,
lakukanlah focusing pada benda diam dahulu hingga kita memahami tehnik focusing
dengan tepat.
2. Pengaturan Speed
Proses pembakaran negatif di dalam kamera untuk mendapatkan
imaji tertentu dipengaruhi oleh cara kerja dan kecepatan rana kamera. Kita bisa
menentukan kecepatan rana saat pembakaran dengan pengaturan speed. Semakin
tinggi speed (high speed) yang kita pakai maka akan semakin cepat pula
rana bekerja dan sebaliknya, semakin rendah speed (low speed) yang kita
pakai maka akan semakin lambat pula rana bekerja. Dalam dunia fotografi
terdapat istilah pencahayaan normal (normal eksposure), pencahayaan
rendah (under eksposure) danpencahayaantinggi (over eksposure).
Pencahayaan normal adalah dimana kita menentukan speed dan diafragma yang tepat
untuk mendapatkan gambar seperti pada keadaan obyek foto yang sebenarnya. Over
eksposure (pencahayaan tinggi) adalah kompensasi pada pengaturan speed
untuk mendapatkan intensitas pencahayaan yang lebih banyak daripada pencahayaan
normal dan gambar yang dihasilkan pun lebih terang daripada kondisi aslinya.Under
eksposure (pencahayaan rendah) adalah kompensasi pencahayaan pada
pengaturan speed untuk mengurangi intensitas cahaya dibawah pencahayaan normal.Under
eksposure sering digunakan ketika kondisi cahaya dalam pemotretan terlalu
keras sehingga pengkompensasian akan diperlukan untuk mendapatkan gambar yang
lebih maksimal.
3. Pengaturan Diafragma
Sebuah foto yang menarik adalah dimana foto tersebut
terdapat dimensi ruang atau kesan kedalaman.Fasilitas diafragma pada lensa
kamera berperan penting dalam mengatur pemisahan antara bidang background dan
obyek utama.Diafragma juga menetukan seberapa luas ruang tajam pada
foto.Semakin kecil bukaan diafragma semakin luas ruang tajam yang bisa kita
dapatkan dan semakin besar bukaan diafragma maka semakin sempit ruang tajam
dalam foto.
B.
Kreatifitas
Pemotretan
Dalam
pengambilan foto, ada beberapa fasilitas yang disediakan oleh kamera yang dapat
menunjang kekreatifan dalam mengambil sebuah gambar, yaitu:
1. Zooming
Zooming adalah kreatif pemotretan dengan memanfaatkan
fasilitas ring zoom pada lensa kamera. Zoom in adalah membuat gambar obyek
tampak lebih mendekat sedangkan zoom out adalah membuat gambar obyek tampak
lebih menjauh. Dalam pengaturan speed dan penggunaan zoom yang tepat akan
memberikan efek motion (gerak) pada hasil foto.
2. Panning
Panning adalah teknik kreatif pemotretan untuk mendapatkan
efek gerak pada obyek yang bergerak (balap motor, orang berlari, dll). Hasil
dari teknik panning adalah adanya efek motion (gerak) pada latar belakang
(background).
3. Double/Multi Ekspose
Adalah teknik pemotretan dengan mengkombinasikan beberapa
perekaman imaji/gambar dalam satu bingkai frame.Teknik ini membutuhkan
penuangan kreatifitas, ide, konsep dan pemahaman komposisi serta pencahayaan.
4. Bulb
Bulb adalah proses pemotretan dengan memanfaatkan fasilitas
bulb pada kamera. Fasilitas bulb pada kamera memberikan keleluasaan dalam
menentukan berapa lama rana terbuka untuk proses pembakaran. Bila kita memotret
pada kondisi cahaya yang minim atau sangat kurang (pada malam hari), dan
prioritas speed tidak mampu lagi mendapatkan pencahayaan normal maka fasilitas
bulb pada kamera akan sangat membantu. Untuk menghindari goncangan (shaking),
alat bantu tripod dan kabel release sangat dibutuhkan.
5. Siluet
Siluet adalah teknik pemotretan untuk menampilkan gambar
obyek dalam keadaan gelap. Teknik ini memanfaatkan arah sumber cahaya yang
berasal dari balik obyek yang akan kita potret. Teknik ini membutuhkan
ketepatan pencahayaan agar obyek yang kita rekam tetap tampil dengan kontur dan
ketajaman yang tepat.
6. Makro
Makro adalah kreatif dalam pemotretan dengan menggunakan
lensa makro untuk mendapatkan gambar obyek yang sangat dekat sekali. Foto makro
juga digunakan untuk mendapatkan detail dan tekstur pada obyek yang kita
potret. Dalam pemotretan makro, ruang tajam akan menjadi sempit sekali oleh
karena itu dibutuhkan ketepatan pancahayaan dan focusing. Ketika tidak ada
lensa makro untuk melakukan pemotretan ini kita bisa menyiasatinya dengan
membalik lensa normal untuk pemotreta makro.
7. Framming
Framming adalah kreatif pemotretan dengan memanfaatkan unsur
lain pada obyek yang kita potret sehingga membentuk kesan frame/bingkai
tersendiri untuk menambah nilai keunikan dan menarik serta memperkuat kesan
foto secara visual
8. Strobis
Strobist adalah teknik pemakaian flash secara external, jadi
tidak digunakan diatas hotshoe kamera, melainkan dengan bantuan trigger, atau
Flash yang bisa digunakan sebagai master. Alat wireless trigger ini umumnya
menggunakan gelombang radio atau sinar infra merah untuk menyalakan flash slave
(flash lain harus mengikuti pada flash utama). Keuntungan dengan menggunakan
teknik ini kita bisa memposisikan satu atau lebih flash di mana saja untuk
mengatur arah, intensitas, cahaya untuk menghasilkan foto yg kita inginkan.
C.
Manipulasi Foto
Yang
dimaksud dengan manipulasi foto adalah teknik memperdaya suatu gambar dengan
keinginan kita. Teknik ini disebut:
1. Montage
(montase), yaitu menggabungkan
beberapa foto menjadi satu kesatuan.
2. Crapping
(kroping), yaitu teknik memotong atau
menghilangkan bagian lain dari foto agar kita bisa mendapatkan bagian penting
yang berkesan kuat.
3. Pushing,
yaitu teknik memotret dengan
memanipulasi film, hal ini biasanya dilakukan pada tempat yang tidak normal.
D.
Manajemen Pemotretan
Manajemen pemotretan dapat diartikan suatu rangkaian kegiatan
pemotretan yang diatur dengan sebaik-baiknya untuk kelancaran dan keberhasilan
dalam pemotretan, agar dihasilkan gambar yang baik seperti yang diharapkan.
Rangkaian kegiatan tersebut merupakan acuan kerja bagi fotografer dalam melaksanakan
kegiatannya.
Masalahnya adalah, bagaimana menerapkan ilmu manajemen dalam
pemotretan? Penerapan fungsi manajemen dalam pemotretan pada dasarnya sama
dengan yang diterapkan dalam usaha lainnya, yakni mulai dari perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan sampai evaluasi/ pengawasan. Jika dijabarkan,
fungsi manajemen pemotretran tsb adalah sbb :
1.
Perencanaan
Perencanaan di sini adalah rencana pemotretannya. Seorang
fotografer harus mengetahui dan mencatat hal-hal seperti: Siapa yang memberi
order pemotretan?, Apa yang akan dipotret (obyek)?, Dimana tempat pemotretannya
dan bagaimana lokasinya (indoor/outdoor)?, Kapan pemotretannya (Hari, Jam, dsb)?,
Hindari jadwal pemotretan bersamaan (bentrok).
Data di atas harus diketahui dan dicatat dalam agenda kerja,
sehingga segala sesuatunya dapat dipersiapkan dengan sebaik-baiknya. Manfaat
lain dari data perencanaan tsb adalah agar pemotret lebih leluasa menyiapkan
segala sesuatunya di dalam pemotretan tsb, sehingga jika hal-hal yang kurang
jelas atau ada peralatan yang kurang/ rusak, bisa diantisipasi dan diatasi
lebih awal.
2.
Pengorganisasian
Rencana pemotretan yang sudah dibuat harus dilanjutkan dengan
pengorganisasiannya. Yakni persiapan:
a.
Kamera dan
Peralatan kamera (lensa, tripod, blitz, lightmeter, film, lighting,background,
filter, batery, cable release, dsb) yang akan dibawa
b.
Asisten
yang akan membantu dalam bekerja
c.
Sesuaikan
dengan pekerjaan pemotretan yang akan dilaksanakan (pernikahan, show, pesta, dsb)
d.
Mengetahui
apa yang akan dipotret dan dimana pemotretannya merupakan kata kunci yang harus
dipegang.
3.
Pelaksanaan
pemotretan
Untuk suksesnya pelaksanaan pemotretan, sebaiknya :
a.
1-2 hari
sebelum hari H dilakukan pengecekan ulang terhadap semua peralatan kamera yang
akan dibawa dan digunakan dalam pemotretan, sehingga persiapannya benar-benar
matang. Hal ini penting untuk menambah rasa percaya diri dan menghilangkan
keraguan dalam bekerja.
b.
Saat
pemotretan tiba, datanglah kelokasi pemotretan lebih awal dari jadwal yang
ditentukan, sehingga segala sesuatunya dapat dipersiapkan tanpa tergesa-gesa.
c.
Pemotretan
juga akan lebih leluasa memilih sudut pengambilan gambar [angle] yang tepat
untuk menghasilkan gambar terbaik.
d.
Film yang
sudah digunakan untuk memotret segera bawa ke studio foto untuk diproses cuci
cetak dan hasilnya disampaikan kepada klien yang dipotret sesuai waktu
perjanjian, sehingga segala sesuatu pekerjaan benar-benar berjalan dengan
rencana yang dibuat.
4.
Evaluasi
[mulai perencanaan, pengorganisasian, dan pemotretannya sendiri]
Foto jurnalistik mengundang berbagai bahasa penafsiran
yakni:
a. Bahasa penampilan: bahasa ekspresi muka, bahasa isyarat,
bahasa penciuman,bahasa pendengaran, dan bahasa tingkah.
b. Bahasa komposisi. Seperti bahasa warna, bahasa teksture,
bahasa garis, bahasa sinar, bahasa bentuk, dan bahasa tata letak.
c. Bahasa gerak.
E.
Tips Memotret
Berikut tips
memotret yang dapat kami sampaikan:
1. Mulai memotret dengan dengan long shot, orang akan melihat anda dari kejauhan lalu memotret
dengan medium shot. Orang mulai
mengenali anda. Dan memotret close up. Orang
sudah bisa menerima anda, sehingga anda bebas memotret.
Cara ini juga membantu mempersiapkan mental sebelum
berhadapan langsung dengan orang yang akan difoto.
2. Memotret di kelas sama dengan memotret di luar kelas. Angel-angel dan jarak pemotretan juga
sama. Yang berbeda adalah suasana, baik itu suasana di dalam di luar diri anda.
Oleh karena itu, siapkan mental dan
ketrampilan anda memotret. Seringlah memotret. Makin sering memotret makin bisa
menguasai keadaan dalam maupun luar diri anda.
3. Memotret adalah melakukan hal yang sama yang telah
dilakukan orang, meliputi sudut pengambilan, jarak pemotretan dan teknik
–teknik pemotretan. Melakukan hal yang telah dilakukan orang dalam memotret
adalah hal yang wajar. Karena itu seringlah
mengamati gambar. Seringlah mengamati teknik-teknik dan sudut pengambilan
gambr yang telah orang lain lakukan, melalui buku-buku, majalah atau koran.
Karena dengan sering mengamati gambar akan timbul rasa visual (sense of visual) yang membantu anda
dalam memotret.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Memotret adalah proses kreatifitas
yang tidak hanya sekedar membidik obyek yang akan kita rekam dan kemudian
menekan tombol shutter pada kamera. Beberapa kreativitas dalam memotret yaitu
ada zooming, panning, bult, suilet, double, famming, makro dan sebagainya.
Mengenai manipulasi foto adalah teknik memperdaya suatu
gambar dengan keinginan kita. Berkaitan
dengan ini perlu adanya menejemen pemotretan agar gambar yang di inginkan sesuai
harapan.
B.
Saran dan Rekomendasi
Demikian
makalah yang kami buat apabila ada kekurangan dan kesalahan dalam menyediakan
materi atau penulisan makalah, kami mohon maaf. Untuk itu kami mohon saran dan
kritik yang membangun supaya bisa menjadi acuan yang lebih baik dalam
penyusunan makalah selanjutnya, semoga
melalui makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun dan umumnya bagi
pembaca.
DAFTAR
PUSTAKA
Audy Mirza Alwi, Foto Jurnalistik
metode memotret dan mengirim foto ke media massa, jakarta:
PT Bumi Aksara, 2004,
Ido Priyo Hadi, Penerapan
Manajemen dalamPemotretan, 09-09-2013